Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di dua benua
dan dua samudera serta berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik dalam
wilayah khatulistiwa sehingga wilayah Indonesia sangat strategis dengan
kekayaan dan keunikan kondisi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Indonesia sangat peka terhadap perubahan faktor-faktor tersebut yang
tidak mengenal batas wilayah negara baik lokal, regional maupun global. Kondisi
tersebut menjadi daya saing bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
tingkat imternasional serta memiliki potensi kerawanan terhadap bencana dan
menjadi perhatian khusus untuk pengembangan penyelenggaraan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
Saat ini masalah ini dibawah pemangku kepentingan yaitu BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Oleh karena itu, manusia dan semua
kehidupan di bumi ini dipengaruhi keadaan dan fenomena tersebut.
Dengan demikian sikap yang bijak terhadap MKG memandang bahwa atmosfer
dan bumi merupakan sesuatu yang perlu dimanfaatkan, diminimalkan risikonya dan
dipelihara kelestariannya agar memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat
manusia.
Penyelenggaraan MKG dilaksanakan berdasarkan beberapa aspek penting
yang disesuaikan dengan lingkungan strategis dan modal dasar yang ada di wilayah
Indonesia yaitu aspek geografi, aspek topografi dan kepulauan, aspek demografi,
aspek ekologi, aspek ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspek global dengan
memperhatikan otonomi daerah dan akuntabilitas penyelenggaraan negara.
Kita turut bersyukur karena Negara Indonesia akhirnya memiliki
Undang-Undang tentang MKG yang terkenal dengan UU No.31 Tahun 2009 tentang
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, yang terdiri atas 105 Pasal
dan disahkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono serta Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh
Menteri hukum dan Hak Asasi Manusia oleh Andi Mattalatta serta telah dicatatkan
pada lembaran Negara republik Indonesia tahun 2009 nomor 139.
Undang-undang tentang MKG memuat asas dan tujuan, pembinaan,
penyelenggaraan, pengamatan, pengelolaan data, pelayanan, kewajiban penggunaan
informasi, sarana dan prasarana, perubahan iklim, kerja sama internasional,
penelitian, pengembangan, rekayasa, sumber daya manusia, hak dan peran serta
masyarakat serta ketentuan pidana.
Pemerintah, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lain wajib
menggunakan informasi MKG dalam penetapan kebijakan di sektor terkait dalam hal
ini adalah: transportasi, pertanian dan kehutanan, pariwisata, pertahanan dan
keamanan, konstruksi, tata ruang, kesehatan, sumber daya air, energi dan
pertambangan, industri, kelautan dan perikanan serta penanggulangan bencana.
Informasi MKG mempunyai peran strategis dalam meningkatkan keselamatan
jiwa dan harta, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Meteorologi adalah
gejala alam yang berkaitan dengan cuaca; Klimatologi adalah gejala alam yang
berkaitan dengan iklim dan kualitas udara; Geofisika adalah gejala alam yang
berkaitan dengan gempa bumi tektonik, tsunami, gravitasi, magnet bumi,
kelistrikan udara dan tanda waktu.
Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat
perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan
penyerapan gas rumas kaca dari berbagai sumber emisi. Penyelenggaraan MKG
terdiri atas kegiatan : pengamatan, pengelolaan data, pelayanan, penelitian,
rekayasa dan pengembangan serta kerja sama internasional.
Pengamatan meteorologi harus dilakukan paling sedikit terhadap unsur:
radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, awan,
hujan, gelombang laut, suhu permukaan air laut dan pasang surut air laut.
Pengamatan Klimatologi meliputi: iklim (radiasi matahari, suhu udara,
suhu tanah, tekanan udara, angin, penguapan, kelembaban udara, awan, hujan, dan
kandungan air tanah) dan kualitas udara (pencemaran udara dan gas rumah kaca);
kualitas udara yang meliputi: partikulat, sulfur dioksida, Nitrogen Oksida dan
Nitrogen dioksida, Ozon, Karbon Monoksida dan komposisi kimia air hujan. Gas
rumah kaca meliputi unsur: Karbon dioksida, methan, nitrous oksida,
hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, sulfur heksafluorida, dan pengamatannya
dilaksanakan secara berkesinambungan untuk jangka waktu tertentu.
Pengamatan geofisika harus dilakukan paling sedikit terhadap unsur:
getaran tanah, gaya berat, kemagnetan bumi, posisi bulan dan matahari,
penentuan sistem waktu, tsunami dan kelistrikan udara.
Contoh Fenomena Geofisika di Indonesia
Gerhana matahari merupakan kejadian alam yang langka, khususnya gerhana matahari cincin yang terjadi pada tanggal 26 Januari 2009. Karena kejadian ini langka, tidak semua lokasi di Indonesia dapat menyaksikan gerhana matahari ini. Perhitungan astronomi menunjukkan bahwa di Indonesia, gerhana matahari cincin ini akan dapat dilihat di Propinsi Lampung, Serang, Cilegon, p. Belitung dan sebagian Belitung, Pangkalan Bun, Sampit, Samarinda, Bontang, Toli-toli. Kota Jakarta akan dapat melihat gerhana matahari sebagian.
Karena kejadian matahari cincin tanggal 26 januari 2009 ini sangat istimewa, maka BMKG akan melakukan pengukuran dampak gerhana matahari tersebut terhadap fenomena meteorologi dan geofisika. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan peralatan yang standard dan terkalibrasi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan data yang valid.
Kenapa di Propinsi Lampung?
Gerhana matahari merupakan kejadian alam yang langka, khususnya gerhana matahari cincin yang terjadi pada tanggal 26 Januari 2009. Karena kejadian ini langka, tidak semua lokasi di Indonesia dapat menyaksikan gerhana matahari ini. Perhitungan astronomi menunjukkan bahwa di Indonesia, gerhana matahari cincin ini akan dapat dilihat di Propinsi Lampung, Serang, Cilegon, p. Belitung dan sebagian Belitung, Pangkalan Bun, Sampit, Samarinda, Bontang, Toli-toli. Kota Jakarta akan dapat melihat gerhana matahari sebagian.
Karena kejadian matahari cincin tanggal 26 januari 2009 ini sangat istimewa, maka BMKG akan melakukan pengukuran dampak gerhana matahari tersebut terhadap fenomena meteorologi dan geofisika. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan peralatan yang standard dan terkalibrasi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan data yang valid.
Kenapa di Propinsi Lampung?
Pemilihan lokasi ini berdasarkan beberapa pertimbangan
antara lain :
1. Perhitungan astronomi menunjukkan sumbu lintasan gerhana matahari cincin melalui Propinsi Lampung.
1. Perhitungan astronomi menunjukkan sumbu lintasan gerhana matahari cincin melalui Propinsi Lampung.
2. Di propinsi lampung terdapat sesar Semangko, yang
merupakan bagian dari Sesar Sumatra. Sehingga ada tidaknya pengaruh gerhana
terhadap kejadian gempabumi, dapat dilakukan di sekitar sesar ini.
3. Selain itu propinsi Lampung relative dekat dengan
Jakarta, sehingga mobilitas peralatan dari Jakarta lebih mudah.
Apa yang akan dimonitor dan menggunakan alat apa ?
Pengamatan Gerhana matahari Cincin. Untuk mengamati
kejadian gerhana matahari cinncin ini, akan digunakan dengan teropong. Teropong
dilengkapi dengan peralatan tambahan sehingga hasil pengamatannya dapat
disimpan dalam suatu computer yang selanjutnya dapat diprojeksikan pada suatau
layar. Sehingga kejadian gerhana dapat disaksikan melalui layar tersebut, untuk
menghindari kemungkinan kerusakan mata bila melihat gerhana matahari secara
langsung.
Pengamatan
fenomena Meteorologi
Salah
satu dampak langsung dari kejadian gerhana matahari adalah berkurangnya
intensitas penyinaran matahari. Hal ini sudah pasti akan mempengaruhi
temperature udara dimana gerhana itu dapat disaksikan. Perubahan temperatur
udara ini juga dapat mempengaruhi tekanan udara. Perbedaan intensitas
penyinaran, temperaur, tekanan udara dll. ini akan diukur dengan menggunakan
peralatan AWS standar dari BMKG, sehingga dapat dinyatakan secara kuantitatif
perbedaan tersebut.
Tujuan
: Untuk mengukur secara kuantitas perbedaan nilai temperatur, intensitas penyinaran,
tekanan udara dsb. Sebagai dampak gerhana matahari cincin. Alat yang digunakan : Portabel AWS (Automatic Weather Station).
Pengamatan
fenomena Geofisika
Fenomena
geofisika yang diamati adalah kemagnitan bumi, pasang surut bumi, dan aktifitas
mikroseismik di sesar Sumatra bagian selatan.
Pengamatan
kemagnitan bumi.
Pengaruh
intensitas penyinaran matahari, akan mempengaruhi pula densitas ion di lapisan
ionosfera. Hal ini akan mepengaruhi besarnya medan magnit bumi yang terukur di
permukaan bumi. Untuk mengukur perbedaan besarnya magnet bumi ini digunakan
proton precession magnetometer.
Pengamatan
gravitasi bumi.
Dengan
adanya kejadian gerhana matahari menunjukkan bahwa pada saat itu jarak antara
bumi dan matahari relative lebih dekat, dan posisi bulan terletak diantara
matahari dan bumi. Hal ini akan mempengaruhi besarnya gravitasi (gaya tarik
menarik antara bumi dengan matahari dan bulan, yang akan mempengaruhi pasang
surut bumi, dalam hal ini gravitasi akan mengalami kenaikan. Dengan memonitor
besarnya gravitasi di suatu titik, maka akan dapat diukur perbedaan pasang
surut bumi dalam keadaan biasa dengan pada saat terjadi gerhana. Alat yang
digunakan untuk mengukuran ini adalah gravimeter (CG-5), yang mempunyai
ketelitian ukur hingga milli gal.
Pengamatan
gempa bumi mikro.
Gempa
bumi terjadi karena adanya pelepasan energi strees dari suatu sesar tertentu,
setelah sesar tersebut tidak dapat menahan stress yang ada. Kondisi atau
tingkatan stress yang ada di suatu sesar bervariasi dari sesar satu dengan
lainnya. Kenaikan pasang surut bumi dapat menjadi pemicu terjadinya pelepasan
energi stress dari sesar yang kondisi sesarnya sudah jenuh, sehinga terjadi
gempabumi. Salah satu sesar yang dilewati oleh lintasan gerhana matahari kali
ini adalah sesar Semangko, yang merupakan ujung selatan sesar Sumatra. Untuk
memonitor kemungkinan terjadinya gempabumi mikro di sesar Semangko ini
digunakan seismograph yang dipasang disekitar sesar tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar